Pentingnya pola asuh yang akan
diterapkan untuk anak menjadi satu hal yang perlu untuk dipertimbangkan dengan
hati-hati oleh para orang tua. Mengingat pola hyper parenting yang bisa
berdampak buruk pada kehidupan anak nantinya.
Menerapkan pola asuh ke anak
memang menjadi hal yang bisa memberikan dampak negative dan positif pada anak.
Sehingga orang tua juga perlu untuk memilih pola asuh yang tepat pada anak. dan
pastikan orang tua untuk kompak dalam memilih pola asuh yang seperti apa untuk
mereka.
Jangan sampai antara suami dan
istri memiliki pilihan yang berbeda dalam pola asuh. Karena hal ini bisa
membuat anak jadi kebingungan untuk mengikuti siapa. Jika anak kebingungan maka
tentu akan berdampak negative pada tumbuh kembangnya.
Anak yang sehat tentulah mereka
yang tumbuh dan berkembang dengan bahagia. Namun pola hyper parenting sendiri
memiliki dampak kurang bagus dalam kebahagiaan anak. Karena setiap anak tumbuh dan berkembang dengan keunikannya masing-masing maka mereka juga perlu mendapatkan
kasih sayang dalam kehidupannya.
Mengenal Lebih Dekat dengan Pola Hyper Parenting
Apakah Anda sudah tahu apa itu
pola hyper parenting? Pola asuh yang kebanyakan dilakukan di luar control
meskipun dengan tujuan yang terbaik disebut dengan pola asuh hyper parenting. Banyak
orang tua yang mengedepankan ego mereka dibandingkan mementingkan perasaan si
anak.
Dalam pola hyper parenting ini,
orang tua hanya menginginkan pencapaian yang dipaksakan ke anak sehingga anak
terlihat sempurna di mata orang lain namun perasaan si anak lebih pada ke hal
yang kurang mendapatkan perasaan tenang dan bahagia di dalam keluarga.
Orang tua yang menjalankan pola hyper
parenting akan cenderung melakukan hal-hal berikut ini:
1. Selalu memonitor serta mengendalikan anak
Anak-anak yang
mengalami pola asuh hyper parenting biasanya akan mendapatkan perlakuan dari
orang tua mereka layaknya sebuah robot atau mesin. Karena orang tua akan selalu
memonitor serta mengendalikan kehidupan anak sesuai dengan apa yang mereka
perintahkan.
2. Terlalu memanjakan anak
Dalam hal ini
anak akan mendapatkan perlakuan yang terlalu berlebihan seperti selalu saja
menyingkirkan segala hambatan, menjauhkan segala kekecewaan serta mencegah anak
untuk mengalami kegagalan dalam hidup mereka. Sehingga seminimal mungkin orang
tua akan membuat anak menjauhi hal-hal tersebut.
3. Membuat anak sangat sibuk
Orang tua yang
menerapkan pola hyper parenting akan selalu banyak menuntut anak-anak mereka
untuk mendapatkan banyak hal seperti memadati jadwal anak dengan
kegiatan-kegiatan yang banyak seperti ekstrakurikuler. Dalam keseharian anak
tentu mereka bisa terfosir tenaga dan pikiran mereka yang tentu saja berdampak
kurang bagus pada Kesehatan mental anak.
4. Tidak memperbolehkan anak bermain
Kebanyakan orang
tua yang hyper parenting akan sangat ketat pada aturan. Sehingga anak jarang
sekali mendapatkan waktu bermain maupun hanya sekedar untuk bersantai. Pola
hyper parenting akan membuat anak terus belajar dan minim bermain.
5. Selalu menginginkan anak berprestasi
Orang tua dengan
pola hyper parenting menginginkan kesempurnaan dalam segala hal. Entah dari segi
pendidikan maupun perkembangan anak. Mereka akan selalu membuat anak terus
mencapai target yang orang tua inginkan. Sehingga tidak heran jika anak-anak
bisa mengalami stres bahkan hingga depresi berkelanjutan jika terus dipaksa
belajar atau dalam mencapai sesuatu.
6. Anak harus sempurna
Orang tua
menempatkan ekspetasi yang tinggi pada anak-anak mereka jika pola hyper
parenting ini mereka terapkan. Orang tua yang menerapkan pola hyper parenting
akan membuat anak mati-matian mendapatkan hasil sempurna, entah dari nilai
akademis, aktivitas maupun dalam pencapaian yang anak harus lakukan.
Beberapa hal di atas menjadi
acuan bahwa orang tua menerapkan pola hyper parenting pada anak. Bahkan dalam
kondisi tertentu, orang tua juga tidak akan memperdulikan pendapat orang lain
atau sekedar nasehat dari tindakannya.
Hal ini cukup parah dan sangat
tidak baik bagi kehidupan anak ke depannya. Karena menuntut banyak hal ke anak
agar selalu terlihat sempurna oleh orang lain menjadi sebuah penyakit yang
perlu dihindari. Karena dengan begitu, orang tua bisa menghancurkan masa depan
anak yang bisa mempunyai bakat tertentu namun tertahan oleh ego dari orang tua
itu sendiri.
Sehingga anak tidak mendapatkan
kebebasan dalam berekspresi maupun berprestasi. Dengan begitu dampak dari pola
hyper parenting itu sendiri bisa beragam terjadi pada anak. Jika orang tua
terus menerus menerapkan pola tersebut hingga anak dewasa, maka dampak dari pola
itu sendiri tentu saja bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Pola hyper parenting juga menjadikan
orang tua terkadang kurang masuk akal dalam berperilaku. Sehingga buta dalam
keadaan anak-anak. Bisa jadi anak kelelahan namun orang tua tetap memaksanya
untuk terus berkegiatan atau belajar. Tentu saja bisa membuat anak jatuh sakit
jika tidak dihentikan.
Orang tua memang terlihat tidak
masuk akal jika menerapkan pola hyper parenting ini. Dampak buruk pada
Kesehatan mental anak pun bisa semakin terlihat dengan jelas jika orang tua
terus menerus menerapakna pola asuh tersebut.
Pola hyper parenting juga bisa
membuat orang tua berpikir negative pada diri mereka sendiri. Misalnya ketika orang
tua gagal dalam membuat anak berprestasi biasanya mereka juga akan ikut depresi
karena merasa telah gagal dalam mendidik anak-anak mereka dengan baik.
Sehingga dampak dari pola hyper
parenting ini memang sangat mengacaukan kehidupan anak. Jadi dampak-dampak
buruk yang akan terjadi bisa akan semakin parah jika orang tua tidak segera meninggalkan
pola asuh hyper parenting ke anak. Anak juga akan akan mudah minder atau kurang
percaya diri dan gampang emosional.
Dampak Hyper Parenting ke Anak
Lalu apa saja dampak buruk yang
mengintai anak jika pola hyper parenting ini diterapkan? Berikut ini adalah
dampak-dampak yang bisa terjadi:
·
Anak menjadi susah
bersosialisasi atau jadi pendiam
Anak dengan pola
asuh hyper parenting membuat mereka menjadi kehilangan banyak teman karena
harus dituntut banyak hal oleh orang tuanya. Anak-anak pada akhirnya kurang
bersosialisasi dan tidak memiliki banyak teman. Anak dengan pola asuh ini juga
akan tumbuh menjadi anak yang kurang pede atau kurang percaya diri, tidak
mandiri dan memiliki kecemasan.
·
Emosi yang tidak
terkontrol
Pola hyper
parenting membuat dampak buruk pada kehidupan anak. bahkan Kesehatan mental
mereka juga akan terganggu, terlebih dari emosinya. Anak-anak akan memiliki
emosi yang tidak stabil. Mereka akan mudah emosional dan tidak bisa
mengendalikan emosi mereka dengan baik. mereka juga akan sangat kaku dalam
berekspresi.
·
Kesehatan anak terganggu
Menerapkan pola
hyper parenting bisa membuat anak-anak menjadi terlalu bergantung pada orang
tua. Mereka juga tidak akan banyak bergerak kecuali apa yangorang tua mereka
suruh. Sehingga anak-anak akan kekurangan aktivitas fisik seperti berolahraga
yang bisa membantu tubuh jadi bugar. Tidak hanya itu saja, Kesehatan mental
anak pun juga akan terganggu.
·
Rentan stres dan depresi
Anak-anak yang
memiliki pola hyper parenting akan lebih mudah depresi dan juga stres. Mereka
akan gampang terganggu Kesehatan mentalnya. Hal ini dikarenan orang tua terlalu
menekan atau memaksakan berbagai hal ke anak yang bisa membuat anak jadi
gampang depresi. Hal ini juga membuat anak jadi tidak bisa dalam mengembangkan
bakat maupun minat yang mereka sukai.
·
Bisa menjadi target
bully
Pola asuh hyper
parenting yang orang tua terapkan ke anak bisa menjadi sebuah kesengsaraan bagi
anak-anak meski mereka telah mencapai banyak hal dengan sempurna. Dengan
kesempuranaan yang anak lakukan itulah kemudian bisa menjadi target perundungan
dari teman-teman atau lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan anak tidak
mudah bersosialisasi dan minim teman.
·
Gampang jatuh sakit
Anak-anak akan
lebih mudah jatuh sakit karena mereka kurang beraktivitas seperti berolahraga
atau pun bermain. Aktivitas belajar yang banyak duduknya bisa membuat anak-anak
menjadi tidak bisa bebas dalam mengekspresikan diri mereka sendiri. Padahal
bermain di usianya tentu satu hal yang perlu mereka lakukan untuk membuat
mereka mencintai diri mereka dan juga bisa membuat anak jadi gampang jatuh
sakit.
Memang benar, mendidik anak untuk
bisa berprestasi menjadi satu hal yang membanggakan para orang tua. Namun
memperhatikan perasaan anak juga menjadi hal yang wajib orang tua
pertimbangkan. Sebab banyak sekali yang orang tua tidak ketahui akan
dampak-dampak dari pola asuh yang mereka terapkan.
Tidak ada orang tua yang
menginginkan anak mereka hidup dengan tidak layak. Sehingga kasih sayang yang
paling penting dalam hal ini. Jika orang tua selalu melandasi kasih sayang
sebagai acuan dari berbagai hal ke anak tentu dapat menghasilkan anak-anak yang
bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Namun, menjauhkan obsesi orang
tua untuk diterapkan ke anak adalah langkah yang perlu orang tua lakukan.
Karena obsesi orang tua sendiri bisa menjadi dampak buruk bagi anak mereka. Semua
pola asuh memang memiliki dampak sendiri-sendiri bagi kehidupan anak.
Jadi sebaiknya orang tua bisa
memberikan kesempatan pada anak untuk bertumbuh dan juga berkembang dengan
merdeka. Karena mereka adalah manusia yang juga perlu dimanusiakan. Mereka
memiliki hak-hak dalam hidup mereka. Sehingga orang tua hanya perlu memberikan
ruang yang aman dan nyaman untuk mereka bertumbuh.
Untuk itu orang tua bisa
melakukan hal-hal berikut ini untuk menghindari penerapan pola hyper parenting
pada anak:
·
Berikan kesempatan anak
untuk lebih leluasa dalam menentukan pilihan. Jika itu kurang baik, orang tua
bisa meluruskan atau memberikan nasihat. Namun jika itu bagus maka orang tua
bisa mendukungnya.
·
Memberikan waktu anak untuk
tetap memiliki waktu bermain menjadi hal penting yang perlu dilakukan. Karena bermain
atau bersantai sendiri bisa menumbuhkan kreatifitas anak.
·
Tumbuhkan chemistry antara
orang tua dan anak dengan melakukan kegiatan edukatif dengan bersama-sama. Hal
ini bisa meningkatkan kualitas orang tua bersama anak.
·
Selalu hadir ketika anak
membutuhkan menjadi satu hal yang penting untuk orang tua siapkan. Karena mendapatkan
kepercayaan anak bisa membangun pondasi yang kuat antara orang tua dan anak. Sehingga
anak memiliki tempat nyaman untuk menceritakan apa pun bahkan permasalahan yang
sedang mereka hadapi nantinya.
Cari tahu perbedaan motorik halus dan motorik kasar pada anak, serta pengaruh terhadap motorik tersebut yang kaitannya dengan tumbuh kembang si kecil.
SELENGKAPNYALakukan cara-cara berikut ini agar kemampuan bahasa dan bicara si kecil yang berumur 1 hingga 1.5 tahun dapat ditingkatkan hingga maksimal.
SELENGKAPNYACari tahu aspek-aspek perkembangan untuk anak usia dini bunda. Karena masa usia dini membutuhkan perhatian khusus dalam perkembangan si kecil.
SELENGKAPNYAMemperkenalkan Vitabumin, madu ikan gabus, persembahan terbaik PT. Aksamala Adi Andana untuk anak - anak Indonesia. Vitabumin diformulasikan khusus untuk membantu menjaga daya tahan tubuh Si Kecil demi tumbuh kembangnya secara optimal.
Inspirasi kami adalah cinta Bunda yang mengajarkan kami untuk terus mempersembahkan yang terbaik demi masa depan Si Kecil. Karenanya, Vitabumin kami persembahkan dengan sinergi kebaikan alam Indonesia.
Sebagai madu anak, Vitabumin diperkaya dengan ekstrak temulawak dan ekstrak ikan gabus. Perpaduan ketiganya menjadikan Vitabumin sebagai pendamping yang baik untuk tumbuh kembang si Kecil yang optimal.
BACA SELENGKAPNYA