Bunda pastinya sudah sering melihat berita di surat kabar atau televisi dimana terjadi tindak kekerasan pada anak, bukan?

Jangan sampai hal tersebut terjadi pada anak kita ya Bunda. Baik di lingkungan keluarga, rumah maupun sekolah, selalu lindungi anak dan hindarkan ia dari bahaya kekerasan terhadap anak. Eit, jangan salah ya Bunda, kekerasan ini bukan hanya dalam bentuk fisik saja lho, namun juga bisa dalam berbagai bentuk. Mungkin salah satunya pernah Bunda lakukan tanpa menyadari bahwa perbuatan atau ucapan itu sebenarnya menyakiti anak, dan bisa berdampak negative terhadap tumbuh kembang anak.

Bagi Bunda yang sedang mecari cara mengasuh anak yang baik dan benar, ada baiknya belajar lebih banyak tentang cara melindungi anak dari bahaya kekerasan terhadap anak.

WHO sendiri sudah mengidentifikasikan bahwa kekerasan terhadap anak bisa meliputi berbagai hal:

1. Fisik, yakni tindakan yang menyebabkan rasa sakit atau potensi menyebabkan rasa sakit, seperti dijewer, dicubit, dan dipukul. Hayo, pernahkah Bunda menjewer atau mencubit anak? Kalau pernah, berarti Bunda sudah pernah melakukan tindakan kekerasan pada  anak (berdasarkan WHO lho ya).  Jadi, jangan remehkan hal yang paling sepele sekalipun ya Bunda!
2. Kekerasan seksual, keterlibatan anak dalam berbagai kegiatan seksual yang belum ia pahami.
3. Emosional, segala sesuatu yang menyebabkan terhambatnya perkembangan emosional anak. Bisa berupa:

• Kata –kata yang mengandung ancaman
• Menakut-nakuti anak
• Berkata kasar
• Mengolok anak
• Diskriminatif baik dari orangtua, keluarga, atau guru dan juga masyarakat terhadap anak
• Membatasi kegiatan sosial dan juga kreasi anak.

4. Penelantaran, ketidakpedulian orangtua atau orang yang bertanggung jawab terhadap anak atas kebutuhan anak:

• Mengabaikan kesehatan anak
• Mengabaikan pendidikan anak
• Pengabaian dalam mengembangkan emosi anak
• Pengabaian dalam pemenuhan gizi anak
• Penelantaran pada penyediaan perumahan, keamanan dan kenyamanan.

5. Ekonomi, penggunaan tenaga anak untuk bekerja demi keuntungan orangtuanya atau orang ain.

Rasanya untuk poin yang ke 3 adalah yang paling sering terjadi, bak secara sengaja maupun tidak sengaja. Oleh karena itu, setelah mengetahui bahwa sebenarnya hal sepele saja bisa menyakiti anak, baik fisik maupun emosionalnya, maka mulai sekarang mari kita lebih bisa mengontrol diri dan melihat segala permasalahan dari sudut pandang anak. Ketika anak berbuat “nakal” tentu ia punya alasan tersendiri. Mari coba mengerti keadaan dan kebutuhan anak, karena sebagai orangtua adalah sudah menjadi kewajiban untuk memenuhi kebutuhan fisik sampai emosional anak, dan melindunginya dari segala hal yang mengancam mereka, yang bisa menghadirkan luka baik fisik maupun batin.

Sumber:

“Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di Lingkungan Pendidikan”. 2007. Pusat Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan perempuan dan  Anak, Provinsi DKI Jakarta.