Dalam kehidupan sehari-hari, rasanya sulit untuk selalu berjauhan dari televisi, termasuk anak-anak. Televisi memang menyajikan banyak program menarik yang membuat orang terus terpaku menontonnya selama berjam-jam, baik dari acara yang menyenangkan, lucu, hingga menyeramkan.
Menurut Mutiara Nathania, M. Psi., psikolog anak di Lifespring Counseling Center & Care, mengatakan bahwa ketika zaman tayangan acara edukatif anak-anak, para orang tua lebih membebaskan anak mereka untuk menonton televisi selama berjam-jam.
Tetapi pada masa kini, saat akses ratusan saluran yang ada pada TV kabel semakin dekat dengan keluarga, makin banyak pula orang tua yang khawatir akan dampaknya.
Pasalnya, sekarang ditemui banyak tayangan yang mengandung konten kekerasan dan negatif lainnya yang belakangan ini seperti menjadi hal tak terpisahkan dari tayangan tersebut. Hal ini tentunya tidak sehat bila ditonton anak-anak.
Pada suatu riset, dikatakan bahwa anak kecil yang menonton tayangan yang berbau kekerasan, akhirnya mereka akan cenderung memilih kekerasan untuk mengatasi masalah atau kesulitan hidupnya, bahkan meniru kekerasan yang mereka lihat. Anak - anak juga bisa jadi akan lebih berani melakukan tindakan berbahaya seperti karakter superhero yang ada di televisi, seperti memakai senjata tajam, berkelahi, dan sebagainya. Terlebih lagi, anak juga melihat tayangan minum alkohol dan merokok.
Mutiara menambahkan, selain itu riset juga menunjukkan bahwa anak yang menonton televisi lebih dari empat jam per hari cenderung akan mengalami obesitas karena ia duduk terus-terusan di depan televisi, jarang bergerak, dan lebih banyak memakan cemilan yang belum tentu sehat. Riset lain juga menunjukkan, anak yang menonton televisi lebih dari dua jam sehari akan cenderung kesulitan membangun interaksi sosial dan lebih sulit untuk terlibat dalam kegiatan sekolah karena waktu berharga anak untuk bermain di luar rumah menjadi berkurang
Mutiara menjelaskan bahwa tayangan yang ada di televisi memang tidak selalu membawa dampak negatif. Televisi ibarat jendela dunia, mampu menayangkan berbagai hal yang tak dapat kita lihat langsung atau alami sendiri. Ada juga tayangan edukatif yang penuh dengan informasi dan memperluas wawasan serta menambah pengetahuan anak. Televisi juga memberikan hiburan dan mengajarkan keterampilan yang bisa jadi jarang didapatkan anak di kehidupan sehari-harinya.
Hasil suatu riset menunjukkan bahwa anak usia pra sekolah yang menonton edukatif menunjukkan nilai yang lebih baik saat mau ke sekolah dasar. Tapi syaratnya anak sebaiknya sudah berusia lebih dari tiga tahun saat mulai menonton televisi. Orang tua juga sangat disarankan mendampingi atau mengawasi anak saat menonton.
Mutiara mengingatkan, tontonan yang baik dan sehat untuk anak tentunya tidak lepas dari pendampingan orangtua. Saat mendampingi anak menonton televisi, orang tua sebaiknya juga mengajak anak berinteraksi sehingga kegiatan menonton tidak selalu pasif. Orang tua bisa mendiskusikan tayangan yang ditonton, bertanya kepada anak mengenai berbagai informasi yang dipaparkan di televisi. Atau bila anak sudah cukup umur, orang tua dapat bertanya bagaimana aplikasi atau penerapan dari tontonan tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Usia dan Porsi Menonton
Bagaimana dengan anak yang masih sangat kecil? Bayi misalnya, sebaiknya Bunda tidak mengajak bayi menonton televisi. Meskipun bayi mungkin saja tertarik pada suara atau warna yang berasal dari televisi tapi sebenarnya otak bayi belum siap untuk menerima dan mengolah berbagai informasi dari televisi. Daripada membiarkan anak usia 0-1 tahun menonton televisi, ia jauh lebih membutuhkan kehangatan serta kelekatan dari orang tuanya. Hal tersebut dapat diperoleh dengan sentuhan fisik, respons Bunda yang tanggap dan sensitif, dan interaksi dengan orang tua.
Pada usia anak 1- 3 tahun atau batita, kemempuan kognitif mereka mulai berkembang sehingga mungkin sudah mampu mengenali orang- oranng dan bisa mengenal objek yang ada di televisi. Namun Mutiara menyanggah bahwa tetap saja batita belum mampu untuk menangkap hubungan antara objek-objek yang ada di tayangan televisi.
Bahkan, tambah Mutiara lagi, batita belum mengerti cerita atau inti dari tontonan di televisi sehngga batita sebaiknya tidak menonton televisi dalam waktu lama karena tidak ada manfaatnya. Banyak penenliti setuju bahwa pembelajaran atau edukasi dengan televisi sebaiknya tidak diterapkan pada anak batita. Bayi atau batita yang diberikan tayangan televisi justru akan memberikan dampak negatif pada mereka, seperti berisiko mengalami keterlambatan bicara, ketidaksiapan saat memasuki TK, kesulitan membangun hubungan sosial, gangguan atensi, dan masalah dalam akademis.
Untuk anak usia prasekolah yaitu usia 4 - 6 tahun, anak sudah lebih mampu untuk menghubungkan objek-objek yang ada di tayangan televisi.Anak juga mulai bisa mengaplikasikannya pada kehidupan sehari- hari. Lalu pada anak usia Sekolah Dasar, meraka dapat mempelajari kehidupan di alam melalui acara petualangan atau bisa juga mempelajari keterampilan-keterampilan tertentu seperti memasak atau membuat prakarya.
Pendampingan dan bimbingan orang tua saat anak menonton televisi ternyata sangat penting, mulai sekarang dampingi Si Kecil jika sedang menonton televisi ya Bunda !
Sumber :
Hilmansyah, Himan dan Annelis Brilian. 2015. Diet Televisi untuk Anak, Perlukah? http://tabloidnova.com. Diakses 14 Januari 2017.
Cari tahu perbedaan motorik halus dan motorik kasar pada anak, serta pengaruh terhadap motorik tersebut yang kaitannya dengan tumbuh kembang si kecil.
SELENGKAPNYALakukan cara-cara berikut ini agar kemampuan bahasa dan bicara si kecil yang berumur 1 hingga 1.5 tahun dapat ditingkatkan hingga maksimal.
SELENGKAPNYACari tahu aspek-aspek perkembangan untuk anak usia dini bunda. Karena masa usia dini membutuhkan perhatian khusus dalam perkembangan si kecil.
SELENGKAPNYAMemperkenalkan Vitabumin, madu ikan gabus, persembahan terbaik PT. Aksamala Adi Andana untuk anak - anak Indonesia. Vitabumin diformulasikan khusus untuk membantu menjaga daya tahan tubuh Si Kecil demi tumbuh kembangnya secara optimal.
Inspirasi kami adalah cinta Bunda yang mengajarkan kami untuk terus mempersembahkan yang terbaik demi masa depan Si Kecil. Karenanya, Vitabumin kami persembahkan dengan sinergi kebaikan alam Indonesia.
Sebagai madu anak, Vitabumin diperkaya dengan ekstrak temulawak dan ekstrak ikan gabus. Perpaduan ketiganya menjadikan Vitabumin sebagai pendamping yang baik untuk tumbuh kembang si Kecil yang optimal.
BACA SELENGKAPNYA