Harga diri (self esteem) Si Kecil sangat dipengaruhi oleh kualitas waktu yang Bunda habiskan dengan Si Kecil, bukan jumlah waktu yang Bunda habiskan. Bila Bunda berkarir, kesibukan Bunda pasti luar biasa dan membagi waktu antara urusan kantor dan rumah adalah tantangannya. Kesibukan sering membuat kita tidak fokus menjalani satu hal. Misalnya sedang bermain dengan Si Kecil, karena memikirkan “habis ini mau ngapain ya” berdampak pada berkurangnya fokus Bunda pada Si Kecil. Kita sering pura-pura mengabaikan Si Kecil yang meminta perhatian dan ingin berkomunikasi dengan kita. Padahal dengan sedikit perhatian saja Si Kecil sudah puas dan itu lebih baik daripada mengabaikannya.
Statistik membuktikan bahwa orang tua meminta anak mereka untuk patuh dalam sehari dengan frekuensi hingga 1.000 kali dari mulai Si Kecil bangun tidur hingga tidur lagi. Contoh kecil saja saat Si Kecil menaruh baju kotornya di tempat tidur. Bunda berteriak dan mengomelinya sambil memperintahkan Ia untuk menaruh baju kotornya di tempat cucian. Padahal Si Kecil, di saat yang sama, melihat baju kotor ayah ada di belakang pintu. Nah, ini akan menjadi kebingungan Si Kecil. Maka orang tua harus memberikan contoh tindakan daripada hanya sekedar menyuruh.
Untuk memancing Si Kecil mengutarakan kehendaknya, Bunda perlu mengajarinya dengan cara yang baik. Misal dengan meminta pendapatnya, memberinya pilihan, membiarkannya untuk menata sendiri kamar sesuai kemauan Si Kecil, membiarkannya mencuci sepatu sendiri, membantu Bunda berbelanja, bahkan membantu Bunda memasak. Semakin kita melibatkan mereka dalam rutinitas di rumah, mereka akan semakin merasa dibutuhkan dalam keluarga.
Sebuah “konsekuensi” perlu Bunda ajarkan kepada Si Kecil sejak dini. Misalnya saja saat Si Kecil lupa membawa bekal makan siangnya. Bunda tidak perlu mengantarkan bekalnya ke sekolah. Minta Si Kecil untuk mencari solusi atas tindakannya tersebut. Ingatkan pula ia pentingnya mengingat daftar bawaan ke sekolah.
Ketika konsekuensi natural sulit digunakan, gunakanlah konsekuensi yang logis. Konsekuensi logis berkaitan dengan tindakan Si Kecil ketika melakukan sesuatu. Misalnya ketika Si Kecil lupa mematikan TV semalaman. Bila Bunda menghukum Si Kecil dengan menguncinya di kamar seharian, ini menjadi hal yang tidak logis Bunda dan cenderung menciptakan kebencian di hati Si Kecil. Maka Bunda perlu menggunakan cara yang lain misalnya mengurangi sedikit uang jajannya sebagai konsekuensi atas terbuangnya listrik dengan sia-sia akibat lupa mematikan TV. Si Kecil akan melihat konsekuensi logis ini sebagai sebuah bentuk kedisiplinan.
Jika Si Kecil sedang mengamuk atau tantrum sehingga ia membentak atau berbicara kasar pada Bunda, katakan padanya bahwa Bunda akan berbicara pada Si Kecil bila Si Kecil sudah berhasil mengontrol marahnya. Berilah kesempatan Si Kecil untuk mengungkapkan kemarahannya sejenak. Lalu ajaklah berbicara.
Saat Si Kecil melakukan kesalahan, jangan katakan kepadanya bahwa Ia anak yang nakal atau anak yang berperilaku buruk. Kata-kata negatif itu hanya akan mengurangi harga dirinya (self esteem). Jelaskan padanya bahwa yang Bunda benci dan tidak bisa ditolerir sebenarnya adalah tindakan Si Kecil, bukan diri Si Kecil. Agar Si Kecil memiliki self esteem yang baik, dia harus tahu bahwa ia dicintai tanpa syarat tidak peduli apa yang dia lakukan. Jangan memotivasi Si Kecil dengan menarik cinta Bunda darinya.
Contoh dari hal ini misalnya saat Bunda telah mengatakan kepada Si Kecil bahwa jika dia tidak berpakaian pada saat timer berbunyi, Bunda akan menjemputnya dan membawanya ke mobil. Lalu jangan lupa katakan padanya bahwa ia bisa memakai baju di mobil. Pastikan bahwa Bunda bermurah hati ketika mengizinkannya berpakaian di mobil. Namun tegas saat timer sudah berbunyi pertanda si kecil harus berangkat sekolah.. Jika ragu, tanyakan pada diri sendiri, apakah saya memotivasi dengan cinta atau rasa takut?
Sebagai contoh, jika kita memukul Si Kecil, dia akan belajar untuk menggunakan tindakan agresi untuk mendapatkan apa yang ia inginkan saat ia tumbuh nanti.
Bila Bunda telah bersepakat dengan Si Kecil bahwa ia tidak boleh beli permen saat di supermarket, maka bersikap konsistenlah dengan tidak menuruti si kecil yang tantrum meminta permen.
Sumber :
http://positiveparenting.com
Cari tahu perbedaan motorik halus dan motorik kasar pada anak, serta pengaruh terhadap motorik tersebut yang kaitannya dengan tumbuh kembang si kecil.
SELENGKAPNYALakukan cara-cara berikut ini agar kemampuan bahasa dan bicara si kecil yang berumur 1 hingga 1.5 tahun dapat ditingkatkan hingga maksimal.
SELENGKAPNYACari tahu aspek-aspek perkembangan untuk anak usia dini bunda. Karena masa usia dini membutuhkan perhatian khusus dalam perkembangan si kecil.
SELENGKAPNYAMemperkenalkan Vitabumin, madu ikan gabus, persembahan terbaik PT. Aksamala Adi Andana untuk anak - anak Indonesia. Vitabumin diformulasikan khusus untuk membantu menjaga daya tahan tubuh Si Kecil demi tumbuh kembangnya secara optimal.
Inspirasi kami adalah cinta Bunda yang mengajarkan kami untuk terus mempersembahkan yang terbaik demi masa depan Si Kecil. Karenanya, Vitabumin kami persembahkan dengan sinergi kebaikan alam Indonesia.
Sebagai madu anak, Vitabumin diperkaya dengan ekstrak temulawak dan ekstrak ikan gabus. Perpaduan ketiganya menjadikan Vitabumin sebagai pendamping yang baik untuk tumbuh kembang si Kecil yang optimal.
BACA SELENGKAPNYA