Seberapa sering (pernahkah) Bunda menceritakan dongeng anak dibandingkan dengan memberikan anak gadget dan sajian tayangan televisi. Dongeng sendiri memiliki banyak manfaat, bukan hanya untuk mendekatkan ikatan antara Bunda dan anak, namun juga untuk membangun perkembangan anak.
Baca SelengkapnyaKetika di sarang lebah, madu di simpan di comb honey, kumpulan ruang hexagonal yang menyimpan madu dengan sangat baik. Ruang hexagonal atau yang sering disebut comb ini menjadi pelembab alami untuk madu. Keadaan dalam runagan ini memungkinkan madu untuk bisa masak. Selain itu, juga ada faktor lain yang mempengaruhi, yakni seperti kondisi cuaca, dan juga kondisi kelembaban alami nektar itu sendiri. Setelah terjadi ekstraksi madu dalam sarang, maka kelembaban madu bisa saja berubah, tergantung dengan kondisi peyimpanan madu dalam sarang. Selain air, di dalam madu juga terdapat zat lain, seperti gula, protein, asam amino, aneka mineral, enzim lebah (Honey Composition and Properties. By J. W. WHITE). Dengan berbagai zat di dalamnya itu, sarang lebah atau comb itu menjadi tempat yang tepat untuk menyimpan madu.
Baca SelengkapnyaAnak autis adalah anak yang memiliki gangguan komunikasi, interaksi sosial, pola bermain, gangguan indrawi maupun perilaku emosi yang berbeda dibanding anak normal. Ciri anak yang mengidap autis bisa dilihat saat anak berusia 3 tahun. Dahulu ada paradigma yang menyatakan bahwa anak autis tidak bisa disembuhkan. Namun sekarang, dirasa ada kemungkinan untuk meningkatkan tingkat kesembuhan anak autis lebih cepat apabila gangguan ini diketahui sejak dini.
Baca SelengkapnyaAnak adalah amanah terbesar yang diberikan kepada orangtua. Sebagai amanah yang berharga tentu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk menjaga dan melindunginya. Salah satunya adalah dalam masalah kesehatan anak. Terlebih lagi saat cuaca tak menentu atau pada musim pancaroba.
Baca Selengkapnya
Autis adalah gangguan pada perkembangan yang meliputi masalah komunikasi, interaksi sosial, dan juga aktivitas imajinasi. Pada anak autis, gejalanya terlihat di usia 3 tahun. Bahkan ada jenis autis yang bisa bisa dideteksi sejak lahir (autistic infinite).
Bunda, kenapa autis menimbulkan kekhawatiran pada orang tua? Perlu Bunda ketahui bahwa penyandang autis diperkirakan 75% hingga 80% berpotensi mengalami retardasi atau keterbelakangan mental. Sementara hanya 20% dari mereka yang memiliki kemampuan tinggi dibidang tertentu. Pada umumnya, anak autis mengalami gangguan pada pola bermainnya, komunikasi, gangguan sensoris, gangguan interaksi sosial, dan juga perilaku dan juga emosi anak (Suran, dalam Kusumayanti 2011). Pada tahun 2000 diperkirakan bahwa angka kelahiran dengan autis adalah 1 anak per 250 kelahiran. Data ini didukung oleh hasil penelitian Center for Disease (CDC) Amerika Serikat.
Apa yang menyebabkan autis pada anak?
Penyebabnya belum pasti ditemukan. Beberapa faktor diyakini berkontribusi pada penyakit ini, seperti psikologi, fisiologi, dan juga sosiologi. Untuk menangani anak autis, maka kita pelru mengetahui lebih lanjut mengenai kondisi kesehatan dan juga pola makan anak autis.
Kondisi kesehatan anak autis
Setiap penderita autis tidak memiliki kondisi kesehatan yang sama. Para ahli sudah sepakat bahwa anak autis perlu melakukan diet bebas kasein dan gluten atau Casein Free Gluten Free=CFGF.
Diet ini tidak bisa diseragamkan, contohnya saja, anak autis yang mengalami riwayat alergi dan intoleransi makanan, tetapi ada pula anak yang tidak. Ada pula anak autis yang mengidap sindrom Phenol Sulfo Transferase (PTS) tapi ada pula yang tidak.
Maka dari itu, bagi orang tua, wajib hukumnya untuk mempelajari kondisi anak terlebih dahulu sebelum menyusun diet yang tepat bagi anak autis.
Alergi makanan
Alergi makanan pada anak autis berhubungan dengan sistem imunnya. Jika anak alergi, maka anak akan muncul gejala seperti muntah, diare, bintik merah di kulit, pilek, dan juga pusing.
Intoleransi makanan
Intoleransi makanan disebabkan oleh adanya faktor genetika, intoleransi yang banyak ditemukan adalah pada susu.
Sindrom PST
Kondisi ini adalah dimana anak sennsitif pada bahan makanan tertentu yang mengandung phenol. Dengan demikian, orang tua dengan anak autis harus mewasapadai makanan yang mengandung phenol, seperti pisang, apel, sukun, ubi, pear, singkong kentang, jeruk, talas, angur, dan buah-buahan.
Gangguan gizi
Anak autis harus diperhatikan benar pemberian gizinya. Hal ini karena anak autis cenderung memilliki kekurangan gizi berupa Zn, kalsim, magnesium, lemak omega 3, serta makanan, dan juga antioksidan serta aneka vitamin.
Bunda, bagi anak autis, diet makanan CFGF adalah diet yang dianjurkan oleh ara ahli. Berikut ini panduan diet CFGF secara garis besar yang bisa Bunda terapkan untuk anak autis:
Minggu pertama
Anak harus menghindari makanan terigu berupa mi. Carilah bahan makanan lain dengan bahan yang mirip yakni seperti tepung beras (bihun, spaghetti beras, kwetiaw beras, dll).
Minggu kedua
Kurang atau hindari makanan biskuit. Ganti dengan biskuit dari tepung beras buatan sendiri ataupun yang dibeli dari toko makanan khusus anak autis.
Minggu ketiga
Kurangi atau hindari roti. Ganti dengan camilan bebas tepung, seperti makanan berbahan dasar singkong, ubi, jajan pasar tanpa terigu, kentang.
Minggu keempat
Kurangi atau hindari makanan dari susu sapi. Ganti dengan susu kedelai. Bisa pula mencoba susu kentang, susu dari air beras, atau susu kacang almon.
Minggu kelima
Anak harus menghindari makanan yang mengandung gula. Ganti dengan gula merah atau pengganti gula lainnya.
Minggu keenam
Buat jadwal makan buah-buahan untuk anak. Buah yang harus dihindari adalah apel, melon, angur, strawberry, dan tomat. Buah yang direkomendasikan adalah kiwi atau papaya nenas.
Bunda, makanan untuk anak autis memang harsu dipantau dengan seksama. Hal ini sangat penting untuk mempercepat proses terapi dan penyembuhan anak. Peran Bunda yang aktif dan selalu ingin belajar, sangat membantu pengasuhan anak autis agar ia mendapatkan masa depan yang lebih baik nantinya.
Artikel Terkait :
sumber:
Kusumayanti, Gusti Ayu. 2011. “Pentingnya Pengaturan Makanan Bagi Anak Autis”. Jurnal Ilmu Gizi. 2 (1), 1-8.
Baca Selengkapnya
Dear Bunda,
Selama ini, saya sering banget denger curhatan Bunda-Bunda yang lain, terutama nih terkait pengasuhan Si Kecil. Bahkan, ada juga Bunda yang berantem sama Ayah untuk menentukan tipe pengasuhan seperti apa yang harus diterapkan. Dan perlu Bunda ketahui, tipe pengasuhan ini akan berdampak juga loh pada karakter dan perilaku Si Kecil saat dewasa!
Untuk mengenal tipe pengasuhan yang baik, sebaiknya Bunda menilai terlebih dahulu tipe-tipe orangtua yang selama ini Bunda lakukan. Bapak Didik Hermawan, C. Ht ternyata juga udah menjelaskan beberapa tipe orangtua dalam bukunya yang berjudul “Sugestive Parenting”. Coba yuk pahami tipe-tipe orangtua berikut.
Tipe ini bisa dikatakan sebagai tipe orangtua yang paling ideal loh Bunda. Kenapa ya kok bisa gitu? Karena tipe orangtua semacam ini dapat menjalankan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Mereka menemukan konsep tentang masa depan anaknya sehingga mereka mendidik anaknya dengan perencanaan dan pendekatan yang matang. Jadi, orangtua yang seperti ini mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada diri anak.
Orangtua semacam ini biasanya selalu mau berkembang dan belajar serta selalu positif dalam memperlakukan anaknya dalam situasi apapun. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa ungkapan-ungkapan dan sikap positif mampu memperkokoh jiwa anaknya.
Mereka mampu bekerjasama dengan anak-anak mereka dan tidak menggunakan kekuasaan secara berlebihan. Anak-anak juga dibiarkan belajar untuk berfikir dan dibiarkan untuk melakukan kesalahan demi suatu kemajuan pemahaman dan pengertian. Ketika anak melakukan kesalahan pun, orangtua ini mampu bersikap tenang saat marah dan bersikap konsisten. Anak yang punya orangtua dengan tipe seperti ini pasti menjadi manusia yang unggul dengan segala potensi yang dimilikinya dan tidak ada pemaksaan.
Tipe ini merupakan kondisi saat orangtua sebenarnya tau tentang konsep mendidik Si Kecil, tau potensi Si Kecil, tau hal-hal yang benar dan salah, tapi kondisi memaksanya sehingga tidak mampu melangkah seperti yang diinginkan.
Ekspektasi dari orangtua ini terlalu tinggi namun tidak melihat kemampuan anaknya. Misalnya nih Bunda, anak tetangga yang berusia 6 bulan sudah bisa duduk sendiri, sedangkan anaknya yang berusia sama namun belum mampu duduk sendiri dan masih harus dipegangin, orangtua ini justru memaksa anaknya untuk bisa duduk sendiri. Duh Bunda, kasian kan jadinya :(
Sulitnya berkomunikasi positif pada Si Kecil membuat orangtua tipe ini menjadi tidak sabaran dan cenderung mencari pembenaran sendiri. Selain itu, orangtua juga mudah terpancing emosi karena “kenakalan” yang dilakukan Si Kecil. Misalnya, melakukan hal-hal negatif pada Si Kecil, melabeli anak, atau mengancam, dan sebagainya.
Orangtua dengan tipe ini sangat tau apa yang terbaik buat anak-anaknya. Namun, belum mampu menjalankannya dalam praktik sehari-hari. Mereka terkadang tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya bisa berakibat negatif untuk anak-anaknya.
Tipe ini berbahaya banget loh Bunda, terutama bagi perkembangan anak dibandingkan kedua tipe sebelumnya. Loh kenapa? Karena mereka hanya melakukan sesuatu tanpa tau apa tujuan dan latar belakangnya. Mereka cenderung memanjakan anak, namun disisi lain juga memaksakan Si Kecil untuk berkegiatan yang terlalu banyak.
Mereka ini terlalu cuek terhadap masa depan anaknya, termasuk pada kondisi spiritual dan emosional anak. Anak dibiarkan dididik oleh lingkungannya sebebas-bebasnya, seperti membiarkan anak berbohong dan bersikap arogan terhadap teman-temannya. Nah Bunda, anak yang tumbuh besar dibawah pengasuhan tipe ini, cepat atau lambat pasti akan bermasalah.
Nanti nih Bunda, waktu Si Kecil mengalami masalah, orangtua pasti langsung menyalahkan anaknya dan orang lain, atau mungkin lembaga pendidikan tempat anaknya bersekolah. Ada juga nih Bunda, orangtua ini justru buru-buru membawa anaknya ke terapis. Tipe ini jarang sekali melakukan introspeksi bahwa masalah yang dihadapi anaknya disebabkan oleh kekeliruan orangtua dalam mendidiknya.
Wah ternyata tipe yang kaya gini nih Bunda tipe yang paling berbahaya diantara tipe orangtua lainnya. Tipe ini merupakan tipe orangtua yang menyadari sepenuhnya fungsi sebagai orangtua, tetapi tidak menganggap anak sebagai tanggung jawabnya. Bahkan mereka merasa bahwa anak adalah beban untuk mereka. Anak yang terlahir dari tipe orangtua seperti ini pastilah menjadi korban, yakni kekerasan secara fisik dan mental.
Selain tipe-tipe orangtua, ada juga 4 tipe pengasuhan orangtua, diantaranya:
Kira-kira gaya pengasuhan mana yang sudah Bunda terapkan selama ini? Selagi belum terlambat nih Bunda, sebaiknya arakan gaya pengasuhan menjadi gaya otoritatif. Gaya pengasuhan ini membuat anak merasa memperoleh kesempatan untuk didengar dan diperhatikan, namun kontrol tetap berada di tangan Bunda.
Yuk Bunda, selalu mencoba memberikan yang terbaik untuk Si Kecil, demi masa depannya yang gemilang ;)
Sumber: Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI (SAM). 2015. Superbook for Supermom. Jakarta: FMedia.
Baca SelengkapnyaBunda pernah gak dibuat kesel banget sama Si Kecil oleh tangisan mereka? Apalagi kalo Si Kecil tangisannya keras banget sampe memekakkan telinga dan tidak mau berhenti? Seringkali tanpa sadar kita telah berlaku kasar untuk menenangkan tangis Si Kecil, namun yang terjadi justru tangisan Si Kecil semakin mengencang. Aduh bingung kan ya Bunda musti ngapain kalo gini? :( Kadang nih Bunda, atau bahkan sering banget kita tuh lupa tanya kepada diri kita sendiri, sebenarnya mengapa dan apa yang menyebabkan Si Kecil menangis. Jangankan bertanya, kita justru lebih sering membentak Si Kecil! Waduh jangan sampe kelepasan ya Bunda.
Baca SelengkapnyaBunda pernah denger hypnoparenting? Hypnoparenting itu salah satu jenis hipnosis Bunda, namun hipnosis ini digunakan dalam parenting. Sederhananya nih Bunda, hypnoparenting ini merupakan cara berkomunikasi orangtua dengan mengajak, mensugesti, dan efektif dalam metode pengasuhan anak. Jadi, Bunda berperan sebagai penghipnosis professional bagi Si Kecil. Apapun yang terjadi pada Si Kecil saat ini, baik sifat maupun karakternya merupakan hasil sugesti yang telah diberikan oleh Bunda melalui proses komunikasi. Wah ternyata hypnoparenting ini bisa ya Bunda buat memperbaiki sifat dan karakter Si Kecil. Terus caranya gimana sih? Gampang gak? Hmm penasaran kan ya Bunda :D
Baca SelengkapnyaADHD adalah suatu gangguan otak dan dapat berdampak pada perilaku yang umumnya terjadi pada anak-anak masa tumbuh kembang 6 hingga 12 tahun.
Baca SelengkapnyaSistem imun adalah sistem yang berfungsi sebagai sistem koordinasi terhadap respon biologic dengan tujuan untuk memberikan perlindungan integritas dan identitas individu. Selain itu, sistem ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya invasi organisme serta zat-zat berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya. (Zakiudin, 2001, dalam Jurnal sari Pediatri).
Baca SelengkapnyaFlek paru adalah salah satu jenis penyakit yang bisa bertahan dalam tubuh pada masa yang panjang. Saat ini, penyakit ini bisa disembuhkan dan diobati. Pencegahannya pun sudah bisa dilakukan, yakni dengan memberikan vaksin. Sebagai Bunda yang memiliki anak dengan flek paru, maka harus sabar dan konsisten dalam mendampinginya dalam pengobatan dan terapi medis.
Baca SelengkapnyaBunda, kala musim pancaroba datang, batuk nampaknya menjadi ancaman yang paling umum mendera kesehatan. Bukan hanya orang dewasa lho, namun juga anak-anak. Bahkan bisa dikatakan bahwa resiko batuk pada anak-anak besar karena daya tahan tubuhnya berbeda dari orang dewasa. Jika anak Bunda batuk, jangan panik da mengambil tindakan yang tidak seharusnya ya Bunda. Perlu diketahui bahwa batuk adalah gejala bagi tubuh sebagai reaksi untuk mengeluarkan benda asing baik dari dalam paru paru maupun dari aliran udara yang tersumbat. Benda asing ini adalah seperti lendir, jadi kita mengenal istilah batuk berdahak.
Baca Selengkapnya